KSDKI dan Perdoski Luncurkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum Pertama

Sumber : Liputan6.com

Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) merilis Pedoman Injeksi Toksin Botulinum pertama di Indonesia, Sabtu, 19 November 2022. Pedoman tersebut berisi informasi yang disusun para pakar estetika dalam memberikan layanan terbaik bagi pasien.Ketua KSDKI dr Lilik Norawati, Sp.KK mengatakan, saat ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi toksin botulinum di Indonesia.

"Berdasarkan hal tersebut, kami dari Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia yang merupakan bagian dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) menghimpun para pakar yang ahli di bidang kosmetik dermatologi membuat pedoman ini," ujarnya di Tangerang.

Ketua Perdoski Pusat DR dr M Yulianto Listiawan, Sp.KK, FAADV mengatakan, toksin botulinum sudah puluhan tahun masuk dan didistribusikan di Indonesia. Tetapi belum ada keseragaman atau pedoman mengenai tata laksananya."Ini merupakan pedoman pertama yang diterbitkan oleh KSDKI dan Perdoski," ujar Yulianto.

"Terbitnya buku pedoman ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para paktisi dalam melakukan pemilihan toksin botulinum yang tepat dan terbukti efektif dalam mengatasi masalah di bidang kosmetik estetik maupun medik seperti penuaan (keriput), dan yang off label seperti hiperhidrosis (keringat berlebih), kulit berminyak, jaringan parut (keloid), dan nyeri (neuralgia) pasca herpes," lanjut Yulianto.

Lewat pedoman tersebut, kata Yulianto, dapat dipelajari teknis-teknis klinis yang disesuaikan dengan tipe anatomi orang Asia dan khususnya Indonesia. Dengan hadirnya panduan tersebut diharapkan bisa menumbuhkan pengetahuan dan pencegahan kompilkasi pada pasien.

Injeksi Botulinum Banyak Dilakukan Sejak 1999

Injeksi toksin botulinum telah menjadi prosedur estetika yang paling banyak dilakukan di dunia sejak 1999. Tak hanya untuk prosedur estetika, injeksi toksin botulinum juga merupakan pilihan perawatan lini pertama berbagai kondisi medis seperti distonia leher dan kekakuan tungkai.

Secara global, penggunaan toksin botulinum dalam estetika meningkat karena semakin banyak pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label. Khususnya di Indonesia pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya tren pasien estetika dari generasi yang lebih muda.

Selama ini, para prakstisi estetika menggunakan pedoman Barat dalam pengunaan toksin botulinum. Namun, seiap orang, khususnya di Indonesia, memiliki anatomi wajah yang khas dan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini yang kemudian menjadi latar belakang penyusunan dan peluncuran Pedoman Injeksi Toksin Botulinum.

Perawatan botulinum bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu, karenanya injeksi berulang diperlukan untuk mempertahankan efek perawatan.***

Indonesia Kini Miliki Pedoman Injeksi Toksin Botulinum Pertama

Sumber : Fimela.com

Injeksi Toksin Botolinum terbukti menjadi prosedur estetika yang paling banyak dilakukan di dunia sejak tahun 1999. Dan secara global, penggunaan Toksin botolinum dalam estetika juga meningkat karena semakin banyak pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label.

Terutama di Indonesia, di mana pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatkan tren pasien estetika dari generasi yang lebih muda. Sebab itu, Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia (KSDKI) merilis pedoman injeksi Toksin Botolinum pertama di Indonesia, untuk memberikan informasi kepada praktisi estetika dalam memberikan pelayanan yang aman dan terbaik untuk para pasien.

Selama ini, para praktisi estetika menggunakan pedoman Barat yang sudah ditetapkan dalam penggunaan Toksin Botulinum yang beredar. Namun khususnya di Indonesia, setiap orang memiliki kekhasan anatomi wajah sendiri dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam penggunaan Toksin Botulinum dalam perawatan estetika mereka.

Berlatar belakang tersebut, Pedoman Injeksi Toksin Botulinum ditujukkan untuk meningkatkan pengetahuan para praktisi estetika tentang teknik-teknik klinis dalam injeksi, cara kerja, indikasi, kontraindikasi, efek samping Toksin Botulinum serta imunogenitasnya.

Imunogenisitas ini berkaitan dengan pengurangan atau tidak adanya efek terapeutik setelah perawatan awal yang berhasil, karena injeksi berulang Toksin Botulinum yang merangsang pembentukan antibodi; termasuk antibodi netralisasi (NAbs) yang dapat melawan aktivitas biologisnya.

Latar Belakang Dibuatnya pedoman injeksi Toksin Botolinum pertama di Indonesia

Diharapkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia ini dapat memberikan pengetahuan secara penuh kepada praktisi estetika dalam menjalankan prosedur injeksi Toksin Botulinum kepada pasien secara efektif dan aman terutama pencegahan terhadap komplikasi. dr. Lilik Norawati, Sp.KK, FINSDV, FAADV selaku Ketua Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) mengatakan bahwa saat ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi Toksin Botulinum di Indonesia.

”Berdasarkan hal tersebut, kami dari Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) yang merupakan bagian dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menghimpun para pakar yang ahli di bidang kosmetik dermatologi membuat pedoman ini,” imbuhnya. Dirinya juga menambahkan, prosedur pembuatan pedoman penatalaksanaan ini didukungoleh MERZ AESTHETICS Indonesia. ”Semoga bersamaan dengan terciptanya pedoman ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para praktisi kosmetik dermatologi sehingga dapat mencegah efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi,” sambungnya lagi.***

Jadi yang Pertama di Indonesia, Pedoman Injeksi Toksin Botulinum Diluncurkan KSDKI

Sumber : Nova.grid.id

Sejak 1999, injeksi Toksin Botulinum telah menjadi prosedur estetika yang paling banyak dilakukan di dunia.Selain itu, injeksi Toksin Botulinum juga merupakan pilihan perawatan lini pertama untuk berbagai kondisi medis seperti distonia leher dan kekakuan tungkai. Secara global, penggunaan Toksin Botulinum dalam estetika telah meningkat karena semakin banyak pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label.

Khususnya di Indonesia, dimana pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya tren pasien estetika dari generasi yang lebih muda.

Perawatan Toksin Botulinum bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu, injeksi berulang diperlukan untuk mempertahankan efek perawatan.Melihat hal ini, Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI), pada Sabtu (19/11) pun resmi meluncurkan publikasi Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia.

Pedoman tersebut memberikan informasi kepada praktisi estetika dalam memberikan pelayanan terbaik dan aman kepada pasien.

Pasalnya, selama ini para praktisi estetika seringkali menggunakan pedoman Barat yang sudah ditetapkan dalam penggunaan Toksin Botulinum yang beredar. Padahal untuk di Indonesia sendiri, setiap orang memiliki kekhasan anatomi wajah dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam penggunaan Toksin Botulinum saat perawatan estetika mereka.

Dr. Lilik Norawati, Sp.KK, FINSDV, FAADV selaku Ketua Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) mengatakan bahwa saat ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi Toksin Botulinum di Indonesia.

Diharapkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia ini dapat memberikan pengetahuan secara penuh kepada praktisi estetika dalam menjalankan prosedur injeksi Toksin Botulinum kepada pasien secara efektif dan aman terutama pencegahan terhadap komplikasi.

Disamping itu, Dr. dr. M. Yulianto Listiawan, Sp.KK, FAADV, Ketua Perdoski Pusat periode 2022-2024 menambahkan bahwa puluhan tahun terakhir saat toksin botulinum masuk dan didistribusikan di Indonesia belum ada keseragaman atau pedoman mengenai hal ini.***

munogenisitas ini berkaitan dengan pengurangan atau tidak adanya efek terapeutik setelah perawatan awal yang berhasil, karena injeksi berulang Toksin Botulinum yang merangsang pembentukan antibodi, termasuk antibodi netralisasi (NAbs) yang dapat melawan aktivitas biologisnya.Mengingat meningkatnya tren saat ini dalam penggunaan Toksin Botulinum untuk perawatan estetika, penting bagi praktisi untuk melakukan penilaian klinis menyeluruh.

Penting juga untuk menginformasikan pasien tentang risiko perawatan, mengembangkan rencana perawatan Toksin Botulinum untuk meminimalkan resistensi imun dan mempertahankan pilihan Toksin Botulinum sebagai perawatan lanjutan dengan hasil yang memuaskan.

KSDKI Luncurkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum di Indonesia

Sumber : Investor.id

Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) dan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) meluncurkan publikasi Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia. Pedoman tersebut memberikan informasi kepada praktisi estetika untuk memberikan pelayanan terbaik dan aman kepada pasien.

“Saat ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi Toksin Botulinum di Indonesia. Selama ini para praktisi estetika menggunakan pedoman Barat yang sudah ditetapkan dalam penggunaan Toksin Botulinum yang beredar. Berdasarkan hal tersebut, kami dari Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) yang merupakan bagian dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menghimpun para pakar yang ahli di bidang kosmetik dermatologi membuat pedoman Injeksi Toksin Botulinum,” kata Ketua Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) dr Lilik Norawati, Sp.KK, FINSDV, FAADV dalam keterangan tertulis.

“Berlatar belakang tersebut, Pedoman Injeksi Toksin Botulinum ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan para praktisi estetika tentang teknik-teknik klinis dalam injeksi, cara kerja, indikasi, kontraindikasi, efek samping Toksin Botulinum serta imunogenitasnya,” lanjut dr Lilik.

dr Lilik menjelaskan, imunogenisitas berkaitan dengan pengurangan atau tidak adanya efek terapeutik setelah perawatan awal yang berhasil. Hal ini mengingat karena injeksi berulang Toksin Botulinum yang merangsang pembentukan antibodi; termasuk antibodi netralisasi (NAbs), dapat melawan aktivitas biologisnya. Perawatan Toksin Botulinum bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu. Injeksi berulang diperlukan untuk mempertahankan efek perawatan.

“Mengingat meningkatnya tren saat ini dalam penggunaan Toksin Botulinum untuk perawatan estetika, penting bagi praktisi untuk melakukan penilaian klinis menyeluruh, menginformasikan pasien tentang risiko perawatan, mengembangkan rencana perawatan Toksin Botulinum untuk meminimalkan resistensi imun dan mempertahankan pilihan Toksin Botulinum sebagai perawatan lanjutan dengan hasil yang memuaskan,” tegas dr Lilik.

Apalagi, kata dr Lilik, khususnya di Indonesia, setiap orang memiliki kekhasan anatomi wajah sendiri dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda saat penggunaan Toksin Botulinum untuk perawatan estetika mereka.

“Karena itu, diharapkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia ini dapat memberikan pengetahuan secara penuh kepada praktisi estetika dalam menjalankan prosedur injeksi Toksin Botulinum kepada pasien secara efektif dan aman terutama pencegahan terhadap komplikasi,” tegas dr Lilik.

Peluncuran Pedoman Injeksi Toksin Botulinum Pertama di Indonesia, Menjamin Keamanan Pasien

Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI), meluncurkan buku Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia. Melalui buku pedoman tersebut, KSDKI memberikan informasi kepada praktisi estetika dalam memberikan pelayanan terbaik dan aman kepada pasien. Buku pedoman yang dipublikasikan secara umum akan menjadi panduan tatalaksana terapi injeksi toksin.

Sejak 1999, injeksi Toksin Botulinum telah menjadi prosedur estetika yang paling banyak dilakukan di dunia.Selain itu, ini juga merupakan pilihan perawatan lini pertama untuk berbagai kondisi medis seperti distonia leher dan kekakuan tungkai.

Secara global,penggunaan Toksin Botulinum dalam estetika telah meningkat karena semakin banyak pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label.

Khususnya di Indonesia,dimana pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya tren pasien estetika dari generasi yang lebih muda.

Perawatan Toksin Botulinum bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu, injeksi berulang diperlukan untuk mempertahankan efek perawatan.

Selama ini para praktisi estetika menggunakan pedoman Barat yang sudah ditetapkandalam penggunaan Toksin Botulinum yang beredar. Namun khususnya di Indonesia, setiaporang memiliki kekhasan anatomi wajah sendiri dan memiliki kebutuhan yang berbeda-bedadalam penggunaan Toksin Botulinum dalam perawatan estetika mereka.

Berlatar belakang tersebut, Pedoman Injeksi Toksin Botulinum ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan para praktisi estetika tentang teknik-teknik klinis dalam injeksi, cara kerja, indikasi, kontraindikasi, efek samping Toksin Botulinum serta imunogenitasnya.

Imunogenisitas ini berkaitan dengan pengurangan atau tidak adanya efek terapeutik setelah perawatan awal yang berhasil, karena injeksi berulang Toksin Botulinum yang merangsang pembentukan antibodi; termasuk antibodi netralisasi (NAbs) yang dapat melawan aktivitas biologisnya.

Mengingat meningkatnya tren saat ini dalam penggunaan Toksin Botulinum untuk perawatan estetika, penting bagi praktisi untuk melakukan penilaian klinis menyeluruh, menginformasikan pasien tentang risiko perawatan, mengembangkan rencana perawatan.

Toksin Botulinum untuk meminimalkan resistensi imun dan mempertahankan pilihan ToksinBotulinum sebagai perawatan lanjutan dengan hasil yang memuaskan.

Diharapkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia ini dapat memberikan pengetahuan secara penuh kepada praktisi estetika dalam menjalankan prosedur injeksi Toksin Botulinum kepada pasien secara efektif dan aman terutama pencegahan terhadapkomplikasi.dr. Lilik Norawati, Sp.KK, FINSDV, FAADV selaku Ketua Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) mengatakan bahwa saat ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi Toksin Botulinum di Indonesia.

”Berdasarkan hal tersebut, kami dari Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) yang merupakan bagian dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menghimpun para pakar yang ahli di bidang kosmetik dermatologi membuat pedoman ini,” imbuhnya.Dirinya juga menambahkan, prosedur pembuatan pedoman penatalaksanaan ini didukung oleh MERZ AESTHETICS Indonesia.

Disamping itu, Dr. dr. M. Yulianto Listiawan, Sp.KK, FAADV, Ketua Perdoski Pusat periode2022-2024 menambahkan bahwa puluhan tahun terakhir saat toksin botulinum masuk dan didistribusikan di Indonesia belum ada keseragaman atau pedoman mengenai hal ini.

Sampai akhirnya lahirlah “Pedoman Injeksi Toksin Botulinum” sebagai pedoman toksinbotulinum pertama yang diterbitkan oleh KSDKI dan PERDOSKI.Selain itu, adanya Toksin Botulinum dengan berbagai macam brand berbeda yang tentunyadapat memberikan outcome yang berbeda merupakan masalah lain yang harus dihadapidalam praktik kedokteran Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

”Semoga bersamaan dengan terciptanya pedoman ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para praktisi kosmetik dermatologi sehingga dapat mencegah efek samping dan komplikasi yang dapat terjadi,” sambungnya lagi.

“Terbitnya buku pedoman ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para praktisidalam melakukan pemilihan toksin botulinum yang tepat dan terbukti efektif dalam mengatasi masalah di bidang kosmetik estetik maupun medik seperti penuaan (keriput), danyang off label seperti hiperhidrosis (keringat berlebih), kulit berminyak, jaringan parut(keloid), dan nyeri paska herpes (Neuralgia paska herpes),” jelasnya.Dia pun menambahkan, melalui buku ini dapat juga dipelajari teknis-teknis klinis yangdisesuaikan dengan tipe anatomi orang Indonesia khususnya, dan orang Asia padaumumnya.

Sehingga pada akhirnya, dapat menumbuhkan kewaspadaan dan pengetahuan tentang pencegahan komplikasi pada pasien, dan pada akhirnya akan meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan kepuasan pasien, serta memajukan Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin di Indonesia.

Untuk itu, demi mendukung hal tersebut Heidy Sembung, Chief Representative, Merz Aesthetics Indonesia, menyampaikan bahwa Merz Aesthetics® hadir sebagai mitra para dokter di dunia Medical Aesthetic untuk mendorong kepercayaan diri dengan membantudokter termasuk para pasien agar bisa terlihat lebih baik, merasa lebih baik, dan hidup lebihbaik (look better, feel better and live better).